Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Riddle 8

Saudara Nenek Oleh: ALU             Akhir-akhir ini nenekku sering bertingkah aneh. Nenekku yang suaminya sudah meninggal, sering ketakutan dan mudah kaget bahkan di siang bolong. Aku, Kakak dan Ibuku sering dimarahi karena meletakkan barang terlalu keras, padahal sebenarnya nenekku ini indra pendengarannya ‘sudah menua’ bahkan saat  diajak bicara-pun harus keras sehingga tetangga-tetangga yang mendengar percakapan kami mungkin mengira kami ini jahat dan kasar pada nenek.             Suatu hari, nenekku tiba-tiba meminta pindah kamar, dan membuat kami bingung, pasalnya Bapak sedang pergi ke luar kota dan biasanya yang bisa menangani hal-hal menakutkan ini hanya Bapak. Kamar nenekku sendiri 3/2 kali lipat besarnya daripada kamar tidur kami dan ada di sebelah kamar Ibu. “Ojok ganggu-ganggu aku talah, wong awan-awan kok sek ngetok! Aku iku wes kesel! 1 ” Nenekku menangis. “Ada apa mbah?” Tanya Kakakku. “La awan-awan ilo ngene iki aku ketok enek P

Cerpen 7

Dimana Ikan-ikan? Oleh: ALU Siang itu, aku menenteng ember yang berisi ikan hasil tangkapanku dan Bapa. Tadi, selepas memancing, Bapa menyuruhku untuk pulang terlebih dahulu, ada urusan katanya. Seperti biasa, tanah yang telah diubah menjadi aspal menyerap terik panas matahari berkali-kali lipat, membuat kakiku yang tidak menggunakan alas kaki berjinjit menahan panas. Aku mempercepat langkahku agar segera sampai dirumah. “Oi…Aldric kata orang-orang di desa atas ada perang, nonton yuk!”  Teriak anak berambut ikal dan berkulit gelap. “Maaf Roy, ini Mama sudah menunggu ikan ini untuk dimasak, Ko ajak yang lain saja ya.” Jawabku. “Oke lah, aku lihat sama teman-teman yang lain saja.” Roy melambaikan tangannya lalu pergi. Saat tiba di rumah, anjingku yang bernama Jack menyambut kedatanganku, dan membuat Mama keluar dari dapur. “Lho Bapa kemana?” Tanya Mama saat menerima ember berisi ikan. “Tadi katanya ada urusan.” “O, eh kok hasil tangkapannya jadi lebih sedikit

Riddle 7

Lisrik Mati Oleh: ALU     Tiga hari yang lalu, aku dan kakak perempuanku pindah kos ke daerah dekat rumah temanku. Kata temanku kos itu sudah lama tidak ditempati karena rumornya ada hantu di rumah itu, sehingga harga kos itu lebih murah walaupun ada di daerah elite.     Aku tidak terlalu memikirkan hal itu karena ini kan sudah zaman modern, mana mungkin hantu masih ada? Mengesampingkan hal itu, kos ini masih bagus dan terjangkau listrik bahkan ada televisi, kulkas, mesin cuci dan juga AC.     Suatu sore sekitar jam tujuh tiba-tiba lampu mati. Aku mengecek keluar, ternyata memang pemadaman listrik serentak, karena listrik di tetangga-tetanggaku juga mati. Setelah memastikan hal tersebut aku kembali ke dalam dan menyalakan televisi, eh sial aku lupa, kan sedang mati lampu...     Aku lalu hanya duduk santai di sofa depan televisi. Tapi tiba-tiba ada sekelebatan putih di belakang ku yang dipantulkan layar hitam televisi. Aku merinding kaku dan mencoba menoleh ke belakang, tapi ha

Riddle 6

Luka Bakar Oleh: ALU     Ada sebuah pembunuhan di perumahan tadi siang. Korban dibunuh dengan cara tangan diikat lalu dibakar hidup-hidup. Untungnya pemadam kebakaran bisa mengatasi api tersebut, sehingga tidak terkena warga lain. Pihak kepolisian lalu mendatangi TKP, dari TKP polisi menemukan beberapa tersangka yang mungkin membunuh korban. -Lila: "Dia adalah temanku aku tidak mungkin membunuhnya, apalagi tadi siang aku sedang memasak." Katanya sambil menunjukkan luka bakar di tangan kananya karena menyenggol teflon panas saat memasak. -Lucca: "Sial! Walaupun dia menolakku aku tidak mungkin membunuhnya, tadi siang aku pergi ke saudaraku dengan motor matic-ku sampai kakiku terkena knalpot, sungguh hari yang sial." Katanya sambil menunjukkan kaki kiri dalamnya yang terkena knalpot. -Risa: "Bahkan sampai mati-pun dia tetap menyusahkanku! Dia berhutang banyak padaku, tapi tidak mungkin aku membunuhnya, walaupun aku juga memiliki luka bakar, tapi in

Riddle 5

Jendela Oleh: ALU     Dalam suatu kamar terdapat sebuah jendela besar, dari sana aku dapat melihat senja dengan semburat merahnya dengan sangat jelas. Melihat hal tersebut, esoknya aku sengaja bangun pagi sekitar jam 4, tapi hingga jam 7 aku tidak bisa melihat fajar. Menyadari kebodohanku, aku beranjak dari depan jendela sambil bersungut-sungut karena telah menghabiskan waktu untuk hal yang tidak berguna.

Cerpen 6

Nostalgia Oleh: ALU Malam itu, bulan menampakkan fase matinya. Langgar kecil berwarna putih diramaikan oleh anak-anak yang sejak maghrib tadi merconan di halaman depannya. "Wuzz keren, mercon apa itu kok bisa muter-muter gitu?" Fia yang jarang keluar rumah terkagum-kagum melihat mercon milik teman-temannya yang sudah dinyalakan. "Huh dasar, cewek tau apaan tentang mercon! Ini nih mercon gasing." Ledek Fikri. "Eh apa bawa-bawa cewek?! Aku punya mercon capung sama kupu-kupu." Timpal Novi. "Itu sih bukan mercon, itu cuma kembang api, ini nih baru mercon!" Fikri membanting salah satu mercon dari saku celananya, sehingga mercon itu meledak dan cewek-cewek spontan berteriak kaget. Fina mengintip dengan mata besarnya yang bersinar-sinar dari balik badan kakaknya. "Waw... keren, ayo Mbak Fia kita beli yang kayak gitu!" Fina yang masih TK membujuk kakaknya. "Lo! Kan kamu sudah punya mercon kretek!" Kata

Cerpen 5

Senja Kala Itu Oleh: ALU Seperti senja-senja sebelumnya, kami berkumpul di meja makan sederhana yang terbuat dari kayu randu. Bapak, Ibu, dan Aku. Walaupun Bapak bekerja, beliau akan menyempatkan waktunya untuk makan dan berbincang bersama keluarganya. "Riza, habis makan nanti belajar ya...!" Kata Ibu padaku. "Untuk apa Bu belajar?" Aku segera membungkam mulutku dengan telapak tangan kananku, karena kalimat itu terlontar begitu saja tanpa niatan. "Eh?" Ibu tercengang, sedangkan Bapak hanya tersenyum kecil. Bukan, bukannya aku menyepelekan tentang belajar, hanya saja akhir-akhir ini aku sendiri bahkan baru sadar bahwa aku tidak tahu untuk apa aku belajar. Walaupun aku belajar lebih giat dibanding teman sekelasku, namun tetap saja nilaiku lebih rendah dibanding mereka. Aku tahu, beberapa dari mereka melakukan kecurangan seperti menyontek, membuat catatan kecil, browsing di internet dan kecurangan lainnya yang membuat persaingan di ke

Riddle 4

Tuyul? Oleh: ALU Sore itu, aku dan kakakku pergi ke rumah saudara sepupuku yang baru saja pindah rumah. Rumahnya berada di daerah pedesaan yang masih jarang penduduk. Desa itu dikelilingi oleh hutan bambu( barongan ) sehingga, tak jarang orang mengira bahwa tidak ada desa disitu. Aku dan kakakku pergi naik sepeda motor, kami berangkat pukul 17.00 dan sampai disana pukul 18.00 tepat setelah maghrib. "Ayo cepet masuk! Nggak baik ada diluar waktu maghrib-maghrib." Kata kakak sepupuku sewaktu kami datang. "Kenapa emangnya?" Tanya kakakku. "Katanya banyak tuyul disini." Jawab kakak sepupuku. Aku langsung memegangi kepalaku yang baru saja digundul karena melanggar peraturan sehingga menyerupai kepala tuyul. "Nggak...nggak... Bukan kamu." Kakak sepupuku melambai-lambaikan tangannya. "Hmm." Aku menghela napas. "Kayaknya nggak mungkin deh ada tuyul, kan sekarang udah jaman modern." Sahut kakakku. Wal

Riddle 3

Apartemen Oleh:ALU     Kring...kring...kring... Suara telepon yang ada dikamarku berdering, membangunkanku yang tengah tertidur lelap. Jam digital menunjukkan pukul 23.11. Aku berjalan malas ke arah telepon yang masih berdering tersebut, sambil menebak-nebak siapakah dan ada perlu apakah hingga menelpon tengah malam begini. "Halo, siapa ya?" Tanyaku. "Aduh nak, anak saya hilang." Jawab suara perempuan dari seberang. Perempuan tersebut adalah pemilik apartemen berlantai tiga yang kutinggali. "Hilang bagaimana bu?" "Dia tidak ada dilantai kedua, tempat saya sekeluarga tinggal. Terus kata satpam yang berjaga di lantai pertama juga nggak ada. Kan kamu di lantai ketiga, apa dia ada disana?" Ibu itu menjelaskan dengan sesenggukan. "Saya belum tahu, biar saya cari dulu bu, tenang bu nggak usah berpikir aneh-aneh." Hiburku.     Setelah menutup telepon aku lalu bergegas mencari anak pemilik apartemen ini. Di setiap lantai aparte