Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Cerpen 20

Gambar
    Halo Gaess, untuk akhir tahun ini aku mau up cerpen-cerpenku yang ada di situs lain. Gak sabar buat baca? Yuk langsung klik linknya yaa...  Ini di halaman terakhir https://www.flipsnack.com/8E59FBBBDC9/mading-nucleon-2021-edisi-1-dxiyhkprzp.html Kalau yang ini ada di halaman 25–26 http://online.anyflip.com/ifiel/wilu/mobile/index.html        Selamat membaca✨Mohon maaf sebelumnya, akhir-akhir ini jadi jarang upload di blog, karena waktu kukerku sudah berkurang hihi😁

Cerpen 19

 Kuliah Luring Oleh: ALU 26 Oktober 2021 "Buku, alat tulis, tissue, masker cadangan, handsanitizer, dompet, jas hujan... Oh kurang charge handphone! " Aku mengecek kembali isi tasku untuk kuliah luring  sore ini.  "Cepet Fin! Kasihan pak ojolnya. " Teriak Ibu dari dapur.  "Yaa... Assalamualaikum." Aku segera keluar rumah setelah salim.  "Atas nama ALU? " Tanya Laki-laki dengan jaket hitam-hijau itu.  "Iya Pak." Aku menerima helm yang disodorkan pak ojol. "Maaf  Pak saya pakai kaos tangan. " Lanjutku. Sebenarnya aku menggunakan kaos tangan ini karena takut wudhuku batal, dimana jam kuliah  mepet dengan waktu sholat ashar.  "Oalah saya kira tadi nama cowok... Iya Mbak nggak papa, ini mau ke gerbang UM yang di jalan Veteran ya Mbak? " "Iya Pak, sudah mulai kuliah luring mulai kemarin sebenarnya. " Sepeda motor pun berjalan dengan pelan, mungkin pak ojol teringat anaknya yang katanya juga semester tiga, sehingg

Celetukan#1

Oleh: ALU Apa kau masih tetap ingin ke Indonesia? " "Cita-citaku memang pergi ke emerald equator. " Jawab Lyne ringan, sambil mengaduk lemon tea miliknya.  "Bukannya sudah kubilang, hutan disana sudah tidak seperti setting film Anaconda lagi, bukan tempat asal Nagini di cerita Harry Potter kesukaanmu itu, berubah jadi kebun kelapa sawit semua! " "Hmm, tapi aku masih ingin kesana, kau tahu? Katanya biota laut disana indah sekali... " Lyne masih antusias.  "Apa kau lupa? Aku kan anak nelayan di salah satu pesisir Indonesia, tentu saja aku tahu. Tapi terakhir kali aku ke sana, banyak ikan yang mati karena kebanyakan makan plastik. " Wajah Lyne bingung mendengar kalimatku. "Ya, seperti itulah... " Aku mengedikkan bahu.  "Tunggu-tunggu, kenapa kau seperti mencegahku pergi kesana, Sam? Bukannya itu adalah tanah airmu? " "Aku tidak mencegah, hanya saja keindahan yang kau bicarakan itu hanya tinggal sisa-sisa..." "

Cerpen 18

Nostalgia(2)  Oleh: ALU "Ya ampuun! Barusan ganti... " Ibu histeris melihat Fina datang membawa takjil dengan mukena parasut sebagai bungkusnya.  "Lha Tya sama Inas mbawa kresek bagus, warna-warni, aku tapi lupa mbawa kresek hehe." Fina nyengir menunjukkan giginya yang gigis.  "Yaweslah, pake mukena itu aja. " Ibu menunjuk mukena putih dengan pinggiran kain kaca yang dihiasi sulaman bunga, cantik sekali.  "Yeyy!!! " Matanya berbinar-binar.  "Harus dijaga yaa... " Pesan Ibu.  ******* "Pak Jum, sudah qiroah! " Anak-anak ricuh.  "Yaa, mari kita tutup dengan doa kafaratul majelis. " Pak Jum hanya tersenyum.      Setelah berdoa, anak-anak segera mengambil posisi terbaik, bahkan ada yang sampai dorong-dorongan memperebutkan tempat dekat tiang mushola dimana takjil akan aman jika diletakkan disana(tidak akan tumpah ataupun terinjak).  "Aku bawa kresek warna hijau. " Tya menunjukkan kreseknya. Inas tidak mau kalah

Cerpen 17

Sehangat Warna Senja Oleh: ALU     Aku sengaja mengambil cuti dari pekerjaanku setelah orang tuaku, ralat, orang tua angkatku memberi tahu alamat rumah Ibu kandungku. Sebenarnya aku sendiri samar-samar dengan wajah dan perawakan beliau. Toh, setelah ayah  meninggal, aku langsung dijual pada pasutri ini yang sudah lama menikah namun tidak kunjung dikaruniai anak. Dijual? Mungkin bahasaku terlalu kasar. Tapi, yaa bagaimana lagi, apa kata yang tepat untuk menggantikannya. Setelah Ibu memberikanku pada mereka, beliau mendapatkan uang sebagai gantinya. Aku tidak tahu bagaimana yang sebenarnya, karena aku pun hanya mendengarnya dari warga sekitar. Karena sekarang aku sudah bisa hidup mandiri dan tidak menjadi beban orang tua angkatku, aku ingin mencari Ibu untuk menanyakan langsung kebenarannya.     Walaupun dekat, desa ini cukup sulit dijangkau, bahkan aku bolak-balik harus menuntun montor andalanku ini. Kupikir saat nanti tiba disini, aku akan kembali ke 'rumah', namun saat tiba, h

Cerpen 16

 Aurora di Zamrud Khatulistiwa Oleh: ALU     Teet... Teet... Teet... Profesor Wardaya terbangun dan segera memencet tombol berhenti pada jam digital di depannya, ya ia tertidur di meja ditemani kertas-kertas yang berisi rumus dan coretan. Tapi suara itu masih terdengar, ia langsung sadar dan berlari ke komputer-komputernya yang bertuliskan " error " dimana-mana.  "Halo... " Ia mencoba menghubungi timnya, namun tidak ada yang menjawab.  "Jangan-jangan... " Orang tua itu segera mencari buku telepon di antara tumpukan buku-buku ilmiahnya.  "Halo Tirta? " "Akan saya jelaskan Prof... " "Tidak, tidak usah, coba kamu kirimkan C2-L54E ! " Profesor Wardaya semakin gelisah.  "Sudah terlambat Prof. " Jawab Tirta.  "Maksudmu mereka? Tapi mereka tim terbaik saya! Kalau... " Protes Profesor Wardaya terputus. Beberapa kabel di laboratoriumnya mengeluarkan percikan api. Ia segera mengenakan mantelnya dan keluar dari labora