Resensi Buku "The Geography of Genius"
Oleh: ALU
Saya mencari-cari buku ini setelah melihat status WA teman saya (Bung Dave) pada tahun 2022 lalu yang merekomendasikan bahwa tulisan Eric Weiner selalu bagus, salah satunya berjudul “The Geography of Genius” ini. Karena tidak menemukan di perpustakaan baik offline maupun online, akhirnya pada 21 Juni 2023 saya membeli buku preloved di @danlainlainbuku dan baru selesai membaca hari ini. Memang benar bahwa tulisan Eric Weiner dinilai bagus, bahkan untuk jenis non-fiksi, buku ini tidak terkesan kaku karena gaya penceritaannya asyik dan humoris. Langsung disimak saja untuk resensinya👇
1
Identitas
Judul:
The Geography of Genius
Penulis:
Eric Weiner
Penerjemah:
Barokah Ruziati
Jumlah
Halaman: ±576 halaman
Ukuran:
13 x 20,5 cm
Penerbit:
Qanita
Tahun
Terbit: 2016 (cetakan kedua)
2
Sinopsis
The Geography of Genius meredefinisi argumen bagaimana seorang genius muncul. Eric Weiner menjelajahi sejarah kota-kota seperti Athena, Hangzhou, Florence hingga Silicon Valley. Buku ini memiliki 8 bab (selain Tentang Penulis, Pengantar: petualangan di Kotak Galton, Epilog: Memanggang Roti dan Berselancar, Ucapan Terima Kasih, Kepustakaan dan Indeks) yakni:
- Genius Itu Sederhana: Athena
- Genius Itu Bukan Hal Baru: Hangzhou
- Genius Itu Mahal: Florence
- Genius Itu Praktis: Edinburgh
- Genius Itu Semrawut: Kolkata
- Genius Itu Tidak Disengaja: Wina Nada Sempurna
- Genius Itu Menular: Wina dalam Perawatan Kejiwaan
- Genius Itu Lemah: Silicon Valley
Delapan
bab tersebut berkesinambungan, sehingga akan lebih baik jika dibaca urut.
Dengan gaya khasnya, Eric Weiner menapaktilasi jalan yang pernah dilalui
Socrates, Michaelangelo dan Leonardo da Vinci. Ia juga merenungkan sejarah
teori Darwin, pemikiran Freud, berjalan-jalan di hutan seperti yang dilakukan
Beethoven dan mencoba melakukan berbagai hal yang pernah dilakukan
genius-genius zaman dulu, untuk mengevaluasi ulang bagaimana pentingnya budaya
dalam memantik dan memelihara kreativitas.
3
Kepengarangan
Eric
Weiner adalah pembicara populer dan penulis buku terlaris “The Geography of
Bliss”, “Man Seeks God”, “The Geography of Genius” dan “The
Socrates Express”. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke lebih dari 20
bahasa. Eric Weiner adalah mantan korensponden asing untuk NPR dan penulis artikel
perjalanan dan budaya. Dalam menulis buku ini, dia melakukan perjalanan
keliling ke beberapa tempat di dunia untuk mencari tahu hubungan antara
lingkungan dan ide-ide inovatif sehingga seorang genius muncul.
4
Kelebihan
Buku bertema perjalanan ini dikemas
dengan gaya bahasa yang asyik namun tidak sok akrab, Eric Weiner mengajak kita
untuk melakukan perjalanan wawasan dengan cerdas dan jenaka, banyak kebijakan
yang bisa diambil baik dari para genius yang diceritakan maupun dari
orang-orang yang ditemuinya, seperti pemandu hingga Eric Weiner sendiri. Karena
setiap bab disusun sesuai urutan perjalanannya, maka akan lebih baik jika
dibaca secara urut pula agar nyambung saat Eric Weiner menyebut kata
kunci dari kegeniusan kota sebelumnya.
5
Kekurangan
Secara keseluruhan buku ini bagus dan menyenangkan karena seperti diajak jalan-jalan berkeliling mencari sebab munculnya kegeniusan. Hanya saja menurut saya terlalu berlebihan jika Wina sampai dibuat menjadi 2 bab, padahal bisa saja diisi oleh daerah yang lain yang lebih banyak menghasilkan genius, tapi yaa mungkin memang perjalanan dan pengalaman Eric Weiner di kota tersebut lebih mendalam dibanding yang lain sehingga dibuat menjadi 2 bab. Selama membaca saya berharap akan dimunculkan bab khusus untuk Baghdad dimana dulunya merupakan pusat intelektual dan keilmuan pada masa Dinasti Abbasiyah, namun sampai bagian akhir saya tidak menemukan walupun pada beberapa bab Eric Weiner menyebut ilmuan-ilmuan muslim yang idenya menginspirasi para genius, bisa jadi tidak dia munculkan karena tempat tersebut (khususnya Baitul Hikmah) sudah hancur atau karena kondisi negara Irak waktu itu tidak stabil sehingga dia tidak melakukan perjalanan ke tempat tersebut. Mungkin hanya itu saja kekurangan…eh tidak-tidak, memang saya saja yang salah berharap.
Komentar
Posting Komentar