Resensi Novel "Inkdeath (Tintentod)"

 Oleh: ALU

Sepertinya ini novel kedua dengan halaman lebih dari 700 yang habis saya baca setelah ‘Dunia Sophie’. Buku datang ke rumah tanggal 17 Agustus 2022(hey hampir 1 tahunn), mulai baca 9 Januari 2023 dan tamat 24 Februari 2023*, wkwk lama banget yaa, tapi emang agak hilang minat buat ngelanjutin membaca setelah Staubfinger yang baik hati mati. Tapi ternyata alhamdulillah penyelesaian masalah-masalah yang ada di bagian sebelumnya dimunculkan di buku ketiga ini, sehingga trilogi ini ditutup dengan rapi dan apik.

*Oh btw karena KEPO endingnya saya pernah langsung loncat membaca 2 bab terakhir dan menyayangkan kapal Meggie-Farid yang karam, tapi ternyata setelah membaca dengan runtut dan lengkap saya jadi paham kenapa Meggie lebih memilih Doria dibandingkan Farid.



1 Identitas

Judul: Inkdeath (Tintentod)

Penulis: Cornelia Funke

Penerjemah: Monica D. Chresnayani

Jumlah Halaman: 728 halaman

Ukuran: 15 x 23 cm

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: 2012

2 Sinopsis

Dalam pertarungan melawan Pangeran Perak, Farid terbunuh oleh Basta, Staubfinger lalu melakukan tawar-menawar dengan Perempuan-perempuan Putih, putri-putri Kematian, untuk menggantikan posisi Farid. Farid pun hidup kembali namun terguncang, ia pun memohon pada Fenoglio menuliskan kata-kata untuk dibacakan Meggie yang akan membawa Orpheus ke Tintenwelt, dengan harapan ia dapat menghidupkan kembali Staubfinger, namun keputusan tersebut bagai pisau bermata dua. Harapan kembali timbul apabila Meggie dan Mo dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan di masa lalu serta menyelesaikan misi berbahaya yang Mo sepakati dengan Kematian.

3 Kepengarangan

Cornelia Funke salah satu penulis buku anak dan remaja paling terkenal di Jerman. Ia mulai menulis setelah mendapat gelar sarjana keguruan sekaligus menyelesaikan pendidikan di bidang grafis. Ia menulis teks untuk buku anak bergambar, buku khusus untuk dibacakan, buku untuk anak usia dini dan untuk mereka yang terbiasa membaca cepat serta banyak. Sebagian besar bukunya dihiasi ilustrasi-ilustrasi buatannya sendiri. Buku-buku Cornelia Funke banyak mendapat penghargaan dan menjadi karya laris internasional, misalnya Herr der Diebe (Pangeran Pencuri) yang telah diterjemahkan ke lebih dari dua puluh bahasa dan difilmkan. Bagian ketiga ini katanya merupakan penutup dari trilogi Inkworld, namun ternyata Oktober mendatang Cornelia Funke akan merilis buku keempat yang berjudul ‘Die Farbe der Rache’, walaupun masih dalam bahasa Jerman, entah kapan tapi saya sangat menunggu buku tersebut diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

4 Kelebihan

            Seperti sebelumnya, Cornelia Funke menyajikan deskripsi dan ilustrasi-ilustrasi yang cantik. Latar tempat, waktu dan suasana digambarkan dengan jelas dan tidak terdapat plot hole, bahkan penokohannya pun seakan-akan kita sudah mengenal lama sosok tersebut. Penyelesaian yang dimunculkan di bagian ketiga ini menurut saya sangat kreatif, tidak tertebak jika masalah yang begitu kompleks ternyata dapat diselesaikn dengan cara tersebut. Novel bertema fantasi ini memiliki alur maju dan cocok dibaca untuk remaja.

5 Kekurangan

            Seperti dua novel sebelumnya, Cornelia Funke memberikan kutipan-kutipan di awal bab yang bertindak sebagai ‘spoiler’ isi bab tersebut, namun saya rasa pada bagian ketiga ini spoiler tersebut kurang cocok, tidak sebagus di novel pertama maupun kedua. Selain itu saya kurang sreg dengan perubahan yang dialami Natternkopf sang Pangeran Perak, di mana pada buku kedua sangat kejam hingga kejahatan Capricorn tidak ada apa-apanya, namun pada bagian ketiga ini kekejaman dan kelicikannya berkurang drastis bahkan ia sampai bisa dipengaruhi Orpheus di penjahat kelas teri, bisa jadi keadaan tersebut karena kondisi tubuhnya yang membusuk sehingga kebulusan akalnya juga ikut ‘membusuk’.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Kosmos"